Kapan Kamu Sadar??
Pagi
yang cerah, seperti biasa harus aku awali pagi ini dengan pertengkaran, ya
pertengkaran dengan adikku ayu.
“ayo
cepetan mandinya udah siang dek” teriakku
“iya kak,
sebentar lagi selesai” jawab adikku
Memang
adikku yang satu ini nyebelin banget. Tapi didalam sebuah keluarga aku kangen
dengan kehadiran seorang kakakku yang sedang kuliah di Surabaya, yang setiap
hari membangunkan aku dan setiap hari bertengkar denganku.
Teng..teng..teng..
Bel masukpun berbunyi. Aku dan teman-temanku pun masih sibuk dengan tugas
bahasa Indonesia. Akhirnya kamipun menutup buku dan berbaris untuk mengikuti
acara rutinitas setiap hari senin, yaitu upacara bendera. Seperti biasanya, aku
dan rina berbaris di depan sendiri. Siap graakk.., aba-aba dari pemimpin
pasukan menandakan bahwa upacara telah dimulai. Ya lumayan lancarlah
upacaranya. Seusai upacara, seperti biasa ada pemeriksaan tata tertib.
Peraturan di SMPn 67 Surabaya memanglah sangat ketat. Tidak boleh bawa HP,
harus memakai atribut lengkap dan masih banyak lagi peraturan yang diatur
dengan pasal-pasal. Tapi ada satu peraturan yang membuat kami jengkel, yaitu
tidak boleh memakai sepatu selain warna hitam. Kalau saja aku jadi pengurus
sekolah, aku akan membuat program, boleh memakai sepatu berwarna tapi selain
hari Senin dan Selasa. Tapi sepertinya itu hanya anganku saja.
“baik
anak-anak, bagaimana tugas yang saya berikan kemaren? Sudah selesai?” kata bu
Yatmi guru bahasa indonesiaku.
“sudah
bu,”jawab anak-anak serempak
“baik
kita periksa PRnya” lanjut bu Yatmi
Teng..teng..teng..
Bel istirahatpun berbunyi, seperti biasa aku mengincar adek kelas yang bernama
Ahmad Rafii’.
“Ahmad,
minta nomernya lah” sapa aku
“hemm,
aku ndak bawa bolpoint kak” jawab Ahmad
Untungnya
aku membawa bolpoint di saku rokku
“ini aku
bawa dek” kataku
“iya mbak
mana” jawab Ahmad
Dan dia
pun hendak menuliskannya di tanganku, dia megang tanganku dan mau
menuliskannya, yapp 08..dan..
“siiee..siiee..uhuk…uhuk”
sorak anak-anak dikantin.
Huuuaa,
malu banget diteriakin anak satu kantin. Ada adek kelas, dan teman-teman
seangkatan juga temen-temen osis. Ahmad pun lari dengan muka merahnya. Sempet
sebel sih, soalnya gak jadi dapat nomernya. Tapi Ahmad ganteng banget tadi,
cakep, manis, siip wes.
Meskipun
waktu istirahat pertama gak dapet. Istirahat keduapun aku masih usaha untuk
mendapatkan nomernya. Seperti biasa aku menyapanya dan diapun membalas dengan
senyum manisnya.
“dek,
mana nomernya” tanyaku
“aku
gabawa kertas mbak” jawab Ahmad
Sini, aku
menuliskan nomerku di tangannya, 081358211230. Alhamdulilah aku sanggup menahan
rasa takutku.
Bel
pulang berbunyi, kami anak OSIS mengadakan rapat. Ketika aku lewat di depan
kelas 7b
“mbak
Ahmad minta nomernya mbaknya lagi, nomernya yang tadi hilang”kata Alif
“hem, oh
iya dek, sebentar yah.”jawabku.
Akupun
masuk ke kelas 7b, dan mengambil kertas lalu menuliskannya dan aku berikan ke
Ahmad.
Assalamualaikum,
aku buka pintu rumahku dengan semangat karena aku sudah kelaparan dari tadi
waktu rapat. Aku buka tudung makan di meja makan wiihh ada sayur sop kesukaanku
dan ayam goreng spesial buatan ibuku. Ku ambil piring dan aku mulai makan. Alhamdulilah aku kenyang. Titt handphoneku
berbunyi, aku buka HPku karena jarang-jarang ada yang sms aku.
“ini quw
Ahmad”. Wah jingkrak-jingkrak aku dapet sms dari dia.
Aku bales
” hoho, akhirnya kamu menepati janjimu”
Dan
kamipun melanjutkan sms hingga malam hari.
Keesokan
harinya ketika bel masuk berbunyi, ada
pelajaran sejarah. Pelajaran yang sangat membosankan. Sebenarnya gurunya enak
sekali, tapi memang pelajaran sejarah membuat kelas IXE menguap alias
mengantuk. Ya kami harus menerima pelajaran itu dengan malas. Aku melihat ke
kelas atas dimana kelas itu adalah kelasnya ahmad, kelas 7C. Ketika aku
melamun, tiba-tiba “Ningrum, sebutkan keuntungan dari perjanjian-perjanjian
yang telah ibu ceritakan tadi. Dengan gagap aku menjawab pertanyaan itu dengan
sembarangan, alhamdulilah jawabanku ternyata benar. Menghela nafas sebentar dan
aku kembali melamunkan Ahmad.
Teng..teng..tengg..
Bel istirahatpun berbunyi, aku dan teman-teman nongkrong bareng di kantin. Aku
tidak melihat batang hidung si Ahmad . Ehm ternyata dia masih di kelas. Aku
bosan menunggu dia, masuklah aku kekelas dan waktu perjalanan menuju kelas.
“mbak” sapa
Ahmad dengan senyum manisnya
Aku
bingung, aku menoleh ke mana-mana, ternyata dia ada di sampingku.
“heemm
iya dek,” jawab aku dengan senyuman.
Seneng
banget, ternyata orang yang aku cari sudah ada di depanku. Bel masuk pun
berbunyi, ya aku mulai pelajaran dengan semangat karena habis disapa Ahmad.
Suatu hari, aku masih ingat tanggalnya lebih tepatnya tanggal
6 September. Aku mendengar kabar bahwa Ahmad berpacaran dengan Fitri . Pada
hari-hari sebelumnya aku sering melihat di jejaring social kedekatan Ahmad
dengan Fitri. Tapi aku menganggap itu semua hanya gurauan. Karena aku yakin
Ahmad tau kalau aku suka sama dia . tapi itu hanya anganku saja, ndak mungkin
Ahmad menyukaiku.
Sudah,
Dia tidak mencintaiku. Terima, lalui, dan berjalanlah kembali. aku kira dia
juga punya perasaan yang sama denganku, meski ternyata kenyataannya tidak.
Sebenarnya sederhana, kalaupun aku membuat dia bahagia bukan berarti aku
membuat dia jatuh cinta. Itu beda. Pun ketika dia memujiku juga, bukan berarti
dia menyenangiku. Kadang memuji artinya memuji. Itu saja. Bukan mencintaiku.
Aku salah mengerti. Tapi, tidak apa. Hal seperti itu sering terjadi.
Aku
belajar untuk melupakan Ahmad, tapi tetap saja aku tidak bisa. Kata orang kalau
ingin melupakan sesuatu, kita harus memadatkan jadwal kita. Ya aku udah coba
melakukannya, dengan cara mengikuti kegiatan OSIS.
Sebentar
lagi jabatanku sebagai OSIS sudah selesai. Jadi diadakan pemilihan pengurus
OSIS baru. Aku, Rina, dan Rama sama-sama kelas IXE, dan kami memang sering
meninggalkan pelajaran karena sibuk mengurus pendaftaran OSIS itu. Kami hampir
meninggalkan semua pelajaran. Sempat kami bertiga kena blacklist oleh bu Agus.
Kami dipantau gerak-geriknya. Kami bertiga hanya bisa pasrah dan mencoba
memperbaiki semuanya.
Inilah
hasil dari caraku buat ngelupain Ahmad, banyak banget masalah yang terjadi.
Tapi sama saja Ahmad tidak akan pernah sadar dengan semua yang sudah aku
lakukan itu. Aku memang mencoba menyembunyikan itu semua. Terkadang aku
berfikir inikah takdir yang harus aku terima dan aku harus jalani? Kenapa
takdir tidak bisa ditukar? Aku tidak kuat dengan semua cobaan ini. Dengan
banyak masalah ini aku mencoba untuk menutupi semua kesedihanku dengan
berpura-pura senang di hadapan rafi dan teman-temanku yang lain.
Tapi,
semua usaha yang aku lakuin buat ngelupain si Ahmad percuma, karena aku masih saja suka sama dia,
meskipun aku gatau dia suka sama aku apa ndak, atau bahkan dia suka sama orang
lain.
Tanggal
22 malam, aku masih ingat tanggal itu, malam minggu. Pada malam itu acara safari
camp, acara rutin yang dilaksanakan SMPn 67 Surabaya. Dimana seluruh siswa baru
diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut, menginap dua hari satu malam di
lapangan terbuka. Dan pada acara ini aku dating bersama teman-temanku untuk
melihatnya, tapi sebenarnya tujuan utamaku bukan untuk itu, jadi tujuanku
adalah melihat si Ahmad, karena tadi pagi dia tidak masuk. Aku, Rina, Salsa,
Yuni, Rama, menunggu acara pensinya ternyata pensinya masih lama karna masih
ada acara pembukaan, api unggun baru acara pensi.
Sebelum
upacara dimulai aku menyuruh Wajid temannya Ahmad untuk manggil si Ahmad,
padahal aku hanya bercanda. Ternyata sama si Wajid dipanggil beneran. Aku
bingung mau mulai pembicaraan apa
“Ahmad,
banyak ceweknya ya” kataku
“ndak
mbak kata sapa mbaknnya?” jawab dia
“siahh,
Nabila itu sapa?” tanyaku
“itu
cuman teman mbak, cumin temen” jawab Ahmad
“Wajid,
Ahmad suka sama sapa? Tanyaku ke Wajid
“ehmm,
Fitrii,Nabila sama mbaknya, mbak Ningrum” jawab si Wajid
“tuh..kan
bener banyak ceweknya..” jawabku untuk Ahmad
“ndak mbak, aku sama Nabila cuman temen
biasa” kata Ahmad dengan menginjak kaki si Wajid
“halahh, Bohong banget..-, -“ jawabku
“ sungguh mbak, aku ndak bohong, mbak
Ningrum jadian aja sama Wajid, kan udah kenal lama sama mbaknya.” Kata Ahmad
“iya pas kamu pacaran sama Nabila ya..”
kata dia
“ya, ndak mbak.. Wajidd..wajiidd” Ahmad
memanggil wajid yang menjauhi kita yang sedang mengobrol
Kamu
masih ndak ngerti ya, kalau aku itu inginnya sama kamu bukan sama si Wajid,
gerutuku di hati. Kapan kamu sadar kalau aku suka sama kamu, semua usaha udah
aku lakuin loh, buat kamu sadar, tapi ternyata ndak ngaruh ya?
“mbak..”
Ahmad menyadarkanku dari lamunan
“oh..oh..iya
dek, kamu suka sama Nabila yo..?” tanyaku keceplosan
“ampuun deh, harus berapa kali aku bilang
mbak. Aku ndak suka sama dia, cuman temen ae loh, suerr dah”jawab Ahmad
“iya
wes, aku percaya kamu” jawabku
“yawes mbak, makasi ya udah dateng, aku mau
upacara dulu” kata Ahmad sembari meninggalkan aku.
Wah, seneng banget aku bisa ngomong
lama sama Ahmad.
Keesokan harinya tanggal 23 September
malam, aku menuliskan sesuatu di sebuah buku, ya bisa dibilang aku sedang
menulis cerpen untuk tugas Bahasa Indonesia. Alhamdulilah, hasilnya lumayan lah
untuk seorang pemula.
Hari Senin kita anak SMPn 67 Surabaya
melaksanakan upacara bendera. Kebetulan pagi ini petugasnya adalah pengurs
OSIS. Kata bapak Atmojo, Pembina upacara pagi ini. Pelaksanaan upacara sanagat
bagus, dengan mengangkat kedua jempolnya. Bangga sekali saya, karena saya
adalah pengurus OSIS. Setelah upacar kami ada pelajaran bahasa inggris ,
setelah itu ada pelajaran bahasa Indonesia, kebetulan bu Yatmi sedang ada
urusan keluarga. Kemudian digantikan oleh bu Sri guru piket. Ibu itu memulai
pelajaran dengan ceramah panjang lebar, yang membuat kami agak bosan ,
Teng..teng..tengg..bel istirahat
berbunyi, aku shalat duha dulu bersama teman-temanku. Setelah itu aku pergi
kekantin untuk nongkrong sebentar bersama teman-temanku. Aku melihat si Ahmad
sedang mengobrol bersama teman-temannya di meja kantin. Istirahatpun usai, aku
kembali ke kelas.
“Ahmad” sapaku, ketika dia lewat di
depan kelasku
“iya mbak”jawab dia dengan senyum
manisnya
Langsung deh anak-anak sekelas
menyambar dengan siee..siee waktu berbaris di depan kelas.
Tak lama kemudian bel pulangpun
berbunyi. Segera aku mengemas buku dan pergi kekantin untuk membeli makan
siang. Karena hari ini ada latihan senam.
Ketika sampai di kantin…
“Ningrum, kamu diam sini ya, aku mau
ngasikan cerpen ini ke Ahmad” kata Salsa
“ehh..
jangan, dalam cerpen itu aku blak-blakan banget ke Ahmad kalo aku suka sama
dia, malu lah..” jawabku
“udahlah percaya deh sama kita, daripada
perasaanmu gantung terus, lebih baik tau kan?” kata Rina
Oke,
aku percaya sama mereka, akhirnya mereka bertemu dengan Ahmad. Aku tidak tau
apa yang mereka lakukan dengan Ahmad. Yang pasti buku cerpenku sudah ada di
tangan Ahmad. Ternyata mereka menyuruh Ahmad membawa pulang cerpenku untuk
menuliskan endingnya, karena cerpen itu masih gantung…. Seketika badanku lemas
semua, aku malu banget kalau dia baca cerpenku. Bagaimana kalau dia tidak punya
perasaan seperti apa yang aku rasakan? Pasti bakal sakit banget.
Aku
meminta Salsa untuk menannyakannya kepada Ahmad bagaimana ending ceritanya
melalui SMS.
“
dek udah baca? Menurutmu gimana?” Tanya Salsa
“
udah mbak, bagus banget kok ceritanya” jawab Ahmad
“ bagus kenapa? Bagus gara-gara dia
blak-blakan gitu? Terus endingnya gimana? Tanya Salsa
“ begh, ya ndak gitu, emang bagus kok
ceritanya. Endingnya? Ya terserah mbak Ningrum toh mbak” kata Ahmad
“ kasi masukan gitu loh dek ke mbak
Ningrum”kata Salsa
“gimana ya, ndak wes, takut jelek
akunya..”jawab Ahmad
“ aku mau Tanya kamu suka ke mbak Ningrum?
“ beghh, aku suka bisa jadi temennya. Aku
sudah anggap kayak mbakku sendiri, ndak lebih” balas Ahmad
Aku sudah
mengira kalau dia akan jawab begitu. Aku yakin ending yang indah memang hanya
ada di film-film. Jarang sekali ada di kehidupan nyata. Sebenarnya tanpa kamu
buat endingnyapun aku sudah tau kalau akan seperti ini.
Aku juga ingin
dapet kebahagiaan, aku ingin dapat semua yang aku inginkan. Kenapa orang yang
seharusnya buat aku bahagia, justru buat aku sakit dan harus jadi seperti ini.
Aku sudah gak kuat lagi dalam keadaan seperti ini, mungkin perilaku dan sikapku
dapat menutupi semuanya. Tapi tetap saja hatiku ini hancur.
Mungkin mulai
sekarang aku harus cepat melupakan Ahmad. Aku juga pengen seperti anak-anak dan
teman-temanku kebanyakan yang bisa dapat kebahagiaan dari apa yang diinginkan.
Sekarang sudah
aku putusin, aku sudah ndak mau mikirin dia , semua tentang dia mau aku buang
jauh-jauh dan aku mau hapus semua perasaanku selama ini yang ada ke Ahmad,
meskipun itu sulit banget. Karena aku gakmau sakit hati. Cukup jadi mbaknya
aja.
Lebih baik aku
tidak pernah kenal kalau itu terus buat aku sakit hati. Aku tidak akan pernah
membiarkan ada hati yang merasuk ke hatiku lagi. Mungkin untuk selamanya dan
mungkin itu akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Sampai aku
benar-benar siap dengan segala resiko yang akan aku hadapi nantinya.
Terima Kasih
Tuhan, untuk semuanya yang telah engkau berikan kepadaku.
0 komentar:
Posting Komentar