Senin, 29 Oktober 2012

cerpen pribadi


Kapan Kamu Sadar??

          Pagi yang cerah, seperti biasa harus aku awali pagi ini dengan pertengkaran, ya pertengkaran dengan adikku ayu.
“ayo cepetan mandinya udah siang dek” teriakku
“iya kak, sebentar lagi selesai” jawab adikku
Memang adikku yang satu ini nyebelin banget. Tapi didalam sebuah keluarga aku kangen dengan kehadiran seorang kakakku yang sedang kuliah di Surabaya, yang setiap hari membangunkan aku dan setiap hari bertengkar denganku.
Teng..teng..teng.. Bel masukpun berbunyi. Aku dan teman-temanku pun masih sibuk dengan tugas bahasa Indonesia. Akhirnya kamipun menutup buku dan berbaris untuk mengikuti acara rutinitas setiap hari senin, yaitu upacara bendera. Seperti biasanya, aku dan rina berbaris di depan sendiri. Siap graakk.., aba-aba dari pemimpin pasukan menandakan bahwa upacara telah dimulai. Ya lumayan lancarlah upacaranya. Seusai upacara, seperti biasa ada pemeriksaan tata tertib. Peraturan di SMPn 67 Surabaya memanglah sangat ketat. Tidak boleh bawa HP, harus memakai atribut lengkap dan masih banyak lagi peraturan yang diatur dengan pasal-pasal. Tapi ada satu peraturan yang membuat kami jengkel, yaitu tidak boleh memakai sepatu selain warna hitam. Kalau saja aku jadi pengurus sekolah, aku akan membuat program, boleh memakai sepatu berwarna tapi selain hari Senin dan Selasa. Tapi sepertinya itu hanya anganku saja.
“baik anak-anak, bagaimana tugas yang saya berikan kemaren? Sudah selesai?” kata bu Yatmi guru bahasa indonesiaku.
“sudah bu,”jawab anak-anak serempak
“baik kita periksa PRnya” lanjut bu Yatmi
Teng..teng..teng.. Bel istirahatpun berbunyi, seperti biasa aku mengincar adek kelas yang bernama Ahmad Rafii’.
“Ahmad, minta nomernya lah” sapa aku
“hemm, aku ndak bawa bolpoint kak” jawab Ahmad
Untungnya aku membawa bolpoint di saku rokku
“ini aku bawa dek” kataku
“iya mbak mana” jawab Ahmad
Dan dia pun hendak menuliskannya di tanganku, dia megang tanganku dan mau menuliskannya, yapp 08..dan..
“siiee..siiee..uhuk…uhuk” sorak anak-anak dikantin.
Huuuaa, malu banget diteriakin anak satu kantin. Ada adek kelas, dan teman-teman seangkatan juga temen-temen osis. Ahmad pun lari dengan muka merahnya. Sempet sebel sih, soalnya gak jadi dapat nomernya. Tapi Ahmad ganteng banget tadi, cakep, manis, siip wes.
Meskipun waktu istirahat pertama gak dapet. Istirahat keduapun aku masih usaha untuk mendapatkan nomernya. Seperti biasa aku menyapanya dan diapun membalas dengan senyum manisnya.
“dek, mana nomernya” tanyaku
“aku gabawa kertas mbak” jawab Ahmad
Sini, aku menuliskan nomerku di tangannya, 081358211230. Alhamdulilah aku sanggup menahan rasa takutku.
Bel pulang berbunyi, kami anak OSIS mengadakan rapat. Ketika aku lewat di depan kelas 7b
“mbak Ahmad minta nomernya mbaknya lagi, nomernya yang tadi hilang”kata Alif
“hem, oh iya dek, sebentar yah.”jawabku.
Akupun masuk ke kelas 7b, dan mengambil kertas lalu menuliskannya dan aku berikan ke Ahmad.
Assalamualaikum, aku buka pintu rumahku dengan semangat karena aku sudah kelaparan dari tadi waktu rapat. Aku buka tudung makan di meja makan wiihh ada sayur sop kesukaanku dan ayam goreng spesial buatan ibuku. Ku ambil piring dan aku mulai makan.  Alhamdulilah aku kenyang. Titt handphoneku berbunyi, aku buka HPku karena jarang-jarang ada yang sms aku.
“ini quw Ahmad”. Wah jingkrak-jingkrak aku dapet sms dari dia.
Aku bales ” hoho, akhirnya kamu menepati janjimu”
Dan kamipun melanjutkan sms hingga malam hari.
Keesokan harinya  ketika bel masuk berbunyi, ada pelajaran sejarah. Pelajaran yang sangat membosankan. Sebenarnya gurunya enak sekali, tapi memang pelajaran sejarah membuat kelas IXE menguap alias mengantuk. Ya kami harus menerima pelajaran itu dengan malas. Aku melihat ke kelas atas dimana kelas itu adalah kelasnya ahmad, kelas 7C. Ketika aku melamun, tiba-tiba “Ningrum, sebutkan keuntungan dari perjanjian-perjanjian yang telah ibu ceritakan tadi. Dengan gagap aku menjawab pertanyaan itu dengan sembarangan, alhamdulilah jawabanku ternyata benar. Menghela nafas sebentar dan aku kembali melamunkan Ahmad.
Teng..teng..tengg.. Bel istirahatpun berbunyi, aku dan teman-teman nongkrong bareng di kantin. Aku tidak melihat batang hidung si Ahmad . Ehm ternyata dia masih di kelas. Aku bosan menunggu dia, masuklah aku kekelas dan waktu perjalanan menuju kelas.
“mbak” sapa Ahmad dengan senyum manisnya
Aku bingung, aku menoleh ke mana-mana, ternyata dia ada di sampingku.
“heemm iya dek,” jawab aku dengan senyuman.
Seneng banget, ternyata orang yang aku cari sudah ada di depanku. Bel masuk pun berbunyi, ya aku mulai pelajaran dengan semangat karena habis disapa Ahmad.
Suatu hari, aku masih ingat tanggalnya lebih tepatnya tanggal 6 September. Aku mendengar kabar bahwa Ahmad berpacaran dengan Fitri . Pada hari-hari sebelumnya aku sering melihat di jejaring social kedekatan Ahmad dengan Fitri. Tapi aku menganggap itu semua hanya gurauan. Karena aku yakin Ahmad tau kalau aku suka sama dia . tapi itu hanya anganku saja, ndak mungkin Ahmad menyukaiku.
Sudah, Dia tidak mencintaiku. Terima, lalui, dan berjalanlah kembali. aku kira dia juga punya perasaan yang sama denganku, meski ternyata kenyataannya tidak. Sebenarnya sederhana, kalaupun aku membuat dia bahagia bukan berarti aku membuat dia jatuh cinta. Itu beda. Pun ketika dia memujiku juga, bukan berarti dia menyenangiku. Kadang memuji artinya memuji. Itu saja. Bukan mencintaiku. Aku salah mengerti. Tapi, tidak apa. Hal seperti itu sering terjadi. 
Aku belajar untuk melupakan Ahmad, tapi tetap saja aku tidak bisa. Kata orang kalau ingin melupakan sesuatu, kita harus memadatkan jadwal kita. Ya aku udah coba melakukannya, dengan cara mengikuti kegiatan OSIS.
Sebentar lagi jabatanku sebagai OSIS sudah selesai. Jadi diadakan pemilihan pengurus OSIS baru. Aku, Rina, dan Rama sama-sama kelas IXE, dan kami memang sering meninggalkan pelajaran karena sibuk mengurus pendaftaran OSIS itu. Kami hampir meninggalkan semua pelajaran. Sempat kami bertiga kena blacklist oleh bu Agus. Kami dipantau gerak-geriknya. Kami bertiga hanya bisa pasrah dan mencoba memperbaiki semuanya.
Inilah hasil dari caraku buat ngelupain Ahmad, banyak banget masalah yang terjadi. Tapi sama saja Ahmad tidak akan pernah sadar dengan semua yang sudah aku lakukan itu. Aku memang mencoba menyembunyikan itu semua. Terkadang aku berfikir inikah takdir yang harus aku terima dan aku harus jalani? Kenapa takdir tidak bisa ditukar? Aku tidak kuat dengan semua cobaan ini. Dengan banyak masalah ini aku mencoba untuk menutupi semua kesedihanku dengan berpura-pura senang di hadapan rafi dan teman-temanku yang lain.
Tapi, semua usaha yang aku lakuin buat ngelupain si Ahmad  percuma, karena aku masih saja suka sama dia, meskipun aku gatau dia suka sama aku apa ndak, atau bahkan dia suka sama orang lain.
Tanggal 22 malam, aku masih ingat tanggal itu, malam minggu. Pada malam itu acara safari camp, acara rutin yang dilaksanakan SMPn 67 Surabaya. Dimana seluruh siswa baru diwajibkan untuk mengikuti kegiatan tersebut, menginap dua hari satu malam di lapangan terbuka. Dan pada acara ini aku dating bersama teman-temanku untuk melihatnya, tapi sebenarnya tujuan utamaku bukan untuk itu, jadi tujuanku adalah melihat si Ahmad, karena tadi pagi dia tidak masuk. Aku, Rina, Salsa, Yuni, Rama, menunggu acara pensinya ternyata pensinya masih lama karna masih ada acara pembukaan, api unggun baru acara pensi.
Sebelum upacara dimulai aku menyuruh Wajid temannya Ahmad untuk manggil si Ahmad, padahal aku hanya bercanda. Ternyata sama si Wajid dipanggil beneran. Aku bingung mau mulai pembicaraan apa
“Ahmad, banyak ceweknya ya” kataku
“ndak mbak kata sapa mbaknnya?” jawab dia
“siahh, Nabila itu sapa?” tanyaku
“itu cuman teman mbak, cumin temen” jawab Ahmad
“Wajid, Ahmad suka sama sapa? Tanyaku ke Wajid
“ehmm, Fitrii,Nabila sama mbaknya, mbak Ningrum” jawab si Wajid
“tuh..kan bener banyak ceweknya..” jawabku untuk Ahmad
“ndak mbak, aku sama Nabila cuman temen biasa” kata Ahmad dengan menginjak kaki si Wajid
“halahh, Bohong banget..-, -“ jawabku
“ sungguh mbak, aku ndak bohong, mbak Ningrum jadian aja sama Wajid, kan udah kenal lama sama mbaknya.” Kata Ahmad
“iya pas kamu pacaran sama Nabila ya..” kata dia
“ya, ndak mbak.. Wajidd..wajiidd” Ahmad memanggil wajid yang menjauhi kita yang sedang mengobrol
Kamu masih ndak ngerti ya, kalau aku itu inginnya sama kamu bukan sama si Wajid, gerutuku di hati. Kapan kamu sadar kalau aku suka sama kamu, semua usaha udah aku lakuin loh, buat kamu sadar, tapi ternyata ndak ngaruh ya?
“mbak..” Ahmad menyadarkanku dari lamunan
“oh..oh..iya dek, kamu suka sama Nabila yo..?” tanyaku keceplosan
“ampuun deh, harus berapa kali aku bilang mbak. Aku ndak suka sama dia, cuman temen ae loh, suerr dah”jawab Ahmad
“iya wes, aku percaya kamu” jawabku
“yawes mbak, makasi ya udah dateng, aku mau upacara dulu” kata Ahmad sembari meninggalkan aku.
           Wah, seneng banget aku bisa ngomong lama sama Ahmad.
           Keesokan harinya tanggal 23 September malam, aku menuliskan sesuatu di sebuah buku, ya bisa dibilang aku sedang menulis cerpen untuk tugas Bahasa Indonesia. Alhamdulilah, hasilnya lumayan lah untuk seorang pemula.
           Hari Senin kita anak SMPn 67 Surabaya melaksanakan upacara bendera. Kebetulan pagi ini petugasnya adalah pengurs OSIS. Kata bapak Atmojo, Pembina upacara pagi ini. Pelaksanaan upacara sanagat bagus, dengan mengangkat kedua jempolnya. Bangga sekali saya, karena saya adalah pengurus OSIS. Setelah upacar kami ada pelajaran bahasa inggris , setelah itu ada pelajaran bahasa Indonesia, kebetulan bu Yatmi sedang ada urusan keluarga. Kemudian digantikan oleh bu Sri guru piket. Ibu itu memulai pelajaran dengan ceramah panjang lebar, yang membuat kami agak bosan ,
           Teng..teng..tengg..bel istirahat berbunyi, aku shalat duha dulu bersama teman-temanku. Setelah itu aku pergi kekantin untuk nongkrong sebentar bersama teman-temanku. Aku melihat si Ahmad sedang mengobrol bersama teman-temannya di meja kantin. Istirahatpun usai, aku kembali ke kelas.
           “Ahmad” sapaku, ketika dia lewat di depan kelasku
           “iya mbak”jawab dia dengan senyum manisnya
           Langsung deh anak-anak sekelas menyambar dengan siee..siee waktu berbaris di depan kelas.
           Tak lama kemudian bel pulangpun berbunyi. Segera aku mengemas buku dan pergi kekantin untuk membeli makan siang. Karena hari ini ada latihan senam.
           Ketika sampai di kantin…
           “Ningrum, kamu diam sini ya, aku mau ngasikan cerpen ini ke Ahmad” kata Salsa
  “ehh.. jangan, dalam cerpen itu aku blak-blakan banget ke Ahmad kalo aku suka sama dia, malu lah..” jawabku
“udahlah percaya deh sama kita, daripada perasaanmu gantung terus, lebih baik tau kan?” kata Rina
           Oke, aku percaya sama mereka, akhirnya mereka bertemu dengan Ahmad. Aku tidak tau apa yang mereka lakukan dengan Ahmad. Yang pasti buku cerpenku sudah ada di tangan Ahmad. Ternyata mereka menyuruh Ahmad membawa pulang cerpenku untuk menuliskan endingnya, karena cerpen itu masih gantung…. Seketika badanku lemas semua, aku malu banget kalau dia baca cerpenku. Bagaimana kalau dia tidak punya perasaan seperti apa yang aku rasakan? Pasti bakal sakit banget.
           Aku meminta Salsa untuk menannyakannya kepada Ahmad bagaimana ending ceritanya melalui SMS.
           “ dek udah baca? Menurutmu gimana?” Tanya Salsa
           “ udah mbak, bagus banget kok ceritanya” jawab Ahmad
“ bagus kenapa? Bagus gara-gara dia blak-blakan gitu? Terus endingnya gimana? Tanya Salsa
“ begh, ya ndak gitu, emang bagus kok ceritanya. Endingnya? Ya terserah mbak Ningrum toh mbak” kata Ahmad
“ kasi masukan gitu loh dek ke mbak Ningrum”kata Salsa
“gimana ya, ndak wes, takut jelek akunya..”jawab Ahmad
“ aku mau Tanya kamu suka ke mbak Ningrum?
“ beghh, aku suka bisa jadi temennya. Aku sudah anggap kayak mbakku sendiri, ndak lebih” balas Ahmad
           Aku sudah mengira kalau dia akan jawab begitu. Aku yakin ending yang indah memang hanya ada di film-film. Jarang sekali ada di kehidupan nyata. Sebenarnya tanpa kamu buat endingnyapun aku sudah tau kalau akan seperti ini.
           Aku juga ingin dapet kebahagiaan, aku ingin dapat semua yang aku inginkan. Kenapa orang yang seharusnya buat aku bahagia, justru buat aku sakit dan harus jadi seperti ini. Aku sudah gak kuat lagi dalam keadaan seperti ini, mungkin perilaku dan sikapku dapat menutupi semuanya. Tapi tetap saja hatiku ini hancur.
           Mungkin mulai sekarang aku harus cepat melupakan Ahmad. Aku juga pengen seperti anak-anak dan teman-temanku kebanyakan yang bisa dapat kebahagiaan dari apa yang diinginkan.
           Sekarang sudah aku putusin, aku sudah ndak mau mikirin dia , semua tentang dia mau aku buang jauh-jauh dan aku mau hapus semua perasaanku selama ini yang ada ke Ahmad, meskipun itu sulit banget. Karena aku gakmau sakit hati. Cukup jadi mbaknya aja.
           Lebih baik aku tidak pernah kenal kalau itu terus buat aku sakit hati. Aku tidak akan pernah membiarkan ada hati yang merasuk ke hatiku lagi. Mungkin untuk selamanya dan mungkin itu akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama. Sampai aku benar-benar siap dengan segala resiko yang akan aku hadapi nantinya.
           Terima Kasih Tuhan, untuk semuanya yang telah engkau berikan kepadaku.

0 komentar:

Posting Komentar